Gampong Adan merupakan kawasan lembah pegunungan leuser yang diperkirakan sudah berpenghuni sejak tahun 1868-an. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kuburan salah seorang ulama bernama Tgk. Abdul Samad di lereng gunung yang berjarak lebih kurang 4 km dari jalan privinsi tersebut, hingga saat ini tempat tersebut dikenal dengan nama Alue Teungku Samad dan sudah menjadi kawasan perkebunan warga. Selain itu ada juga kuburan seorang ulama di Alue Pancureeh yang menurut cerita turun temurun beliau merupakan seorang ulama yang keuramat (karomah : orang yang dimuliakan oleh Allah dengan kelebihan-kelebihan di luar kemampuan manusia biasa). Pendapat tersebut dibuktikan dengan ditemukannya kuburan beliau sepanjang lebih kurang 5 meter dan konon menurut pengakuan beberapa orang tua dahulu dijaga oleh seekor harimau. Keberadaan harimau penjaga makam ini diakui oleh sejumlah orang yang penah melihatnya secara langsung.
Konon, Gampong Adan dahulunya merupakan kawasan hutan liar yang sebagian kecilnya didiami warga yang mulai bercocok tanam.Kawasan ini awalnya dihuni oleh warga pendatang dan sebagian kecilnya adalah penduduk asli.Pada tahun 1894 penduduk Gampong Adan semakin banyak dan wilayah permukiman semakin diperluas karena semakin banyaknya perumahan warga.Dalam kondisi demikian masyarakat mulai berfikir untuk menciptakan tatanan kehidupan bermasyarakat yang lebih teratur dengan membentuk sistem kepemimpinan (Chik) berdasarkan kasta dan keteladanan.Pada tahun 1917 kepemimpinan masyarakat mulai dipengaruhi oleh struktur pemerintahan yang terorganisir dengan beberapa ketua kelompok yang mengepalai sejumlah bidang untuk membantu pemimpin tertinggi (Chik) dalam gampong.
Beberapa tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1928 pemerintahan gampong mulai befungsi yang ditandai dengan ditetapkannya seorang tuha gampong bernama Yong Rimba sebagai Geuchik Gampong Adan Pertama.Pada saat itu Gampong Adan masih dikenal dengan sebutan Gampong Padang Bak Kreh.Menurut tetua gampong sebutan Padang Bak Kreh didasarkan pada kondisi alam pada saat itu yang banyak ditumbuhi batang kemiri (bak kreh) hampir di seluruh perumahan warga. Laqab Padang Bak Kreh tersebut lama-kelamaan mulai kurang disukai warga sehingga muncul ide untuk menggantikannya dengan nama lain yang dianggap lebih bagus.
Keinginan untuk menggantikan nama Gampong Padang Bak Kreh semakin sering diperbincangkan di tengah-tengah masyarakat. Pro dan kontra pun tidak jarang ditemukan dengan berbagai alasan diterima atau ditolak, sehingga menjadi polemik ringan yang terkadang kurang dipersoalkan dengan serius. Akhinya pada tahun 1947 isu pergantian nama Gampong Padang Bak Kreh benar-benar menjadi kenyataan.Pada suatu kesempatan di penghujung acara pengkajian ilmu-ilmu keislaman yang disampaikan oleh seorang ulama kharismatik yang cukup terkenal di nusantara hingga ke Mekkah yaitu almarhum al-Kamil Mukamil Abuya Syech Muda H. Muhammad Waly al-Khalidy Rahimahullah memberi nama gampong ini dengan sebutan Gampong Adan. Kata “adan†itu sendiri merupakan nama salah satu surga yaitu Jannatul ‘adni sebagaimana tersebut dalam kitab suci al-Qur’an seperti pada surat at-Taubah ayat 72 dan surat al-Kahfi ayat 31. Sejak saat itu Gampong Padang Bak Kreh secara resmi berganti nama menjadi Gampong Adan sampai saat ini. Perubahan nama gampong tersebut terjadi pada saat jabatan keuchik dipegang oleh Ismail yang menjabat tahun 1947-1959.